Thursday, November 19, 2015

Kamu Pria dan Ingin Menikah?? Baca Ini Dulu!!

Ketika ingin memiliki sesuatu, biasanya siapapun akan berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan nya. Tapi, sering kali ketika sesuatu nya itu sudah dimiliki, biasanyaaa, kita lupa untuk menjaga nya, pada mulanya memang akan dirawat dan disayang² namun, lama kelamaan karna sudah merasa memiliki, sering kali lupa untuk kembali merawat dan menjaga seperti pertama kali memilikinya, merasa bahwa sudah dimiliki kok, ngapain susah² dirawat, ngapain susah² dijaga, toh sudah miliki saya..

Seperti mereka yang menikah atau yang ingin menikah, melamar kekasih hati misalnya. Semakin lama menikah, seperti semakin tak peduli pada pasangan, hanya menjalani peran saja, melakukan kewajiban sebagai Suami dan Ayah, mencari nafkah misalnya, melakukan kewajiban sebagai seorang Istri dan Ibu, mengurus rumah, anak dan lain nya..




Mereka yang telah lama menikah,sering kali hanya berbicara tentang bagaimana permasalahan rumah tangga saja, dan tak pernah lagi membicarakan bagaimana perasaan mereka masing² terhadap pasanganya..


Mereka lupa, untuk terus saling mencintai satu sama lain..
Mereka lupa, untuk menghabiskan waktu berdua, tertawa dan bercanda..
Mereka lupa, untuk tetap menjadi muda seperti awal mereka menikah..
Mereka terlalu fokus untuk menjadi orangtua..


Dan tanpa mereka sadarii, anak² mereka memperhatikan mereka bagaimana mereka saling berkomunikasi, bagaimana cara mereka saling mengasihi, dan anak² mereka menjadikan orangtua mereka sebagai patokan bagaimana mereka kelak mencintai pasangan mereka, bagaimana kelak di masyarakat.. Sayangnya, banyak orangtua yang tidak menyadari hal ini. Ketika anak² mereka melakukan kesalahan, biasanya sang Ayah akan menyalahkan sang Ibu, karna tak mampu mendidik anak² mereka..


Karna sang Ayah merasa, bahwa kewajibanya sebagai kepala keluarga hanya mencari nafkah saja..
Padahal, mendidik anak bukan hanya kewajiban Ibu saja, tapi juga kewajiban Ayah! Seorang Ayah harusnya dekat dengan anak² nya, Ayah harus meluangkan waktu untuk mendengar cerita anak² nya, Ayah harus lebih sering memeluk anak² nya dibandingkan Ibu.. Seorang Ayah yang terlibat dalam mengurus anak nya dalam usia 0-3 bulan, akan sangat mempengaruhi karakter bayi ketika dia berusia 12 bulan..


Karna seorang Ibu selalu ada dirumah, seorang Ibu lebih mudah didekati daripada seorang Ayah..
Karna Ibu menujukkan kasih sayang nya secara terang²an, tapi tidak begitu dengan seorang Ayah, yang mayoritas tidak mengerti bagaimana caranya menunjukkan kasih sayang seorang Ayah kepada anaknya. Menjadi seorang Kepala Keluarga, Suami, dan juga seorang Ayah itu berat, jika merasa mencari nafkah itu merupakan kewajiban yang harus dilakukan dan merasa bahwa hanya dengan materi saja Istri dan Anak dirumah sudah merasa tercukupi..


Seorang istri juga membutuhkan kasih sayang dari Suami, membutuhkan dukungan agar mendapatkan semanagat untuk mengurus pekerjaan dirumah, yang tak pernah ada habisnya. Seorang Istri membutuhkan pengakuan, meskipun tak perlu diakui bahwa menjadi Suami nya adalah merupakan anugrah terindah bagi sang Suami, tapi bagi seorang wanita, pengakuan itu perlu, untuk menambah energi yang banyak terkuras karna pekerjaan rumah..


Seorang Suami juga ingin di akui, kadang kala, mereka yang sudah menikah, semakin lama usia pernikahan mereka, semakin lupa mereka cara menghargai pasangan mereka, karna tadi, merasa sudah dimiliki, dan hanya tinggal melakukan kewajiban saja satu sama lainya..

Kalau saja mereka ingat, bahwa seorang anak merupakan ranting dari mereka berdua, sudah selayaknya pula lah mereka berdua menjadi akar yang baik agar mendapatkan ranting² yang baik pula. Memiliki anak terkadang membuat orangtua lupa, bahwa anak merupakan titipan dariNya, dari kecil anak dibiasakan dengan segala kemudahan² dipenuhi segala keinginan nya, diberikan fasilitas² dengan bebas tanpa s&k yang berlaku.

Para orangtua lupa, bahwa memudahkan segala keinginan anak sebenarnya membuat anak mereka malas, tidak mau berusaha lebih, kurang mampu menghargai sesuatu, dan mudah ngamuk jika tak dipenuhi keinginan nya..


Jika kamu (calon) seorang Suami dan (calon) seorang Ayah, nanti jika anak kamu bermasalah, jangan salahkan anak, jangan salahkan pasangan kamu, salahkan diri kamu sendiri, kenapa anak kamu seperti itu, kemana kamu selama ini, kenapa tak pernah ikut membantu pasangan kamu dalam mendidiknya. Studi oleh Father Involvement Research Alliace, menunjukkan bahwa bayi yang dekat dengan ayah cenderung memiliki emosi yang stabil, saat dewasa lebih percaya diri, dan bersemangat dalam mengeksplorasi potensi diri untuk merealisasikan ide serta impian. Jangan menyepelekan hal ini, karna dampaknya sangat besar.

Jangan salahkan anak saat remaja dia membandel atau bahkan menjadi seorang pembangkang jika memang sejak kecil tidak pernah mendapatkan pelajaran karakter dari sang ayah. Luangkan waktu sebanyak mungkin bersama anak. Agar nantinya anak mampu bertahan di kerasnya hidup saat kita sudah tidak bisa lagi terus menerus memantaunya atau saat mereka memiliki kehidupan sendiri lepas dari kita..


Dalam studi yang dipublikasikan di Journal of Child Psychology and Psychiatry, para peneliti di Universitas Oxford mempelajari 192 keluarga yang direkrut dari dua unit Rumah Bersalin di Inggris untuk melihat apakah ada hubungan antara interaksi ayah-anak pada periode awal kelahiran dengan perilaku anak..


Dr. Paul Ramchandani, seorang peneliti dan psikiater klinis, yang bekerja di Unit Psikiatri Akademik Anak dan Remaja, Departemen Kedokteran, Imperial College London, memimpin penelitian yang menilai interaksi ayah-bayi di rumah keluarga ketika anak berusia 3 bulan dan membandingkannya terhadap perilaku anak pada usia 12 bulan.. Para peneliti menemukan bahwa aspek-aspek kunci dari interaksi ayah pada fase sangat awal dalam kehidupan anak-anak berhubungan dengan peningkatan risiko masalah perilaku pada anak-anak pada usia dini..

"Kami menemukan bahwa anak-anak yang ayahnya lebih terlibat dalam interaksi memiliki hasil lebih baik, dengan lebih sedikit masalah perilaku pada fase berikutnya. Pada sisi lain, anak-anak cenderung memiliki masalah perilaku lebih besar ketika ayah mereka lebih jauh dan kurang memperhatikannya, atau ketika ayah mereka kurang berinteraksi dengan mereka."jelas Dr. Ramchandani.

"Hubungan ini cenderung lebih kuat untuk anak laki-laki daripada anak perempuan, yang menunjukkan bahwa mungkin anak laki-laki lebih rentan terhadap pengaruh ayah mereka sejak usia dini".

"Kami belum tahu apakah ayah yang tidak perhatian dan tidak terlibat berinteraksi dengan anaknya benar-benar menyebabkan masalah perilaku pada anak, tetapi hasil penelitian ini meningkatkan kemungkinan bahwa interaksi awal adalah penting.

Para peneliti percaya ada beberapa penjelasan yang mungkin untuk asosiasi ini. Kurangnya keterlibatan ayah dapat mencerminkan masalah yang lebih luas dalam hubungan keluarga, misalnya dengan ayah yang berada dalam hubungan yang bermasalah dengan sang ibu menyebabkan sang ayah kesulitan untuk berhubungan dengan bayinya. Atau, mungkin mencerminkan kurangnya pengawasan yang lebih luas dan berpotensi kurang peduli terhadap bayi, sehingga semakin meningkatkan gangguan perilaku. Kemungkinan lain adalah bahwa perilaku bayi merupakan upaya untuk menimbulkan reaksi orangtua dalam menanggapi kurangnya perhatian orangtua.


Jadi, jika kamu seorang pria yang sudah ingin menikah atau yang sudah menikah, jangan pernah beranggapan bahwa menjadi seorang Suami dan Ayah hanya berkewajiban mencari nafkah saja. Kamu juga harus berinteraksi dengan anak² dan mengikuti pertumbuhan mereka. Karna pertumbuhan mereka tak akan pernah terulang lagi, setiap anak merupakan anugrah, mereka titipan, yang perlu dijaga dan dirawat. Jika kamu merasa hanya dengan uang saja dan fasilitas² yang kamu berikan kepada keluarga kamu sudah membahagiakan mereka, mungkin kamu lupa bagaimana rasanya menjadi seorang anak yang merindukan sosok Ayahnya, yang ingin bermain bersama Ayahnya, bercerita dan menghabiskan waktu bersama Ayahnya..


Anak memang tak dilahirkan bersama buku petunjuk nya, namun kita bisa belajar dari mereka yang sudah memiliki anak, dan juga dari orangtua kita, ambil yang baiknya, dan perbaikilah kesalahan mereka dengan mendidik anak kita dengan lebih baik dari kita tentunya.

Selamat menempuh hidup baru. Selamat menjadi seorang suami dan semoga segera menjadi seorang Ayah..
aamiin yra..

Dan jangan lupa, tetaplah merasa muda dan cintai pasangan kamu layaknya pengantin baru meskipun sudah lama menikah, teruslah jatuh cinta dan saling mencintai pasangan kamu, selamanya. Tetaplah bergandeng tangan, saling percaya dan jujur satu sama lain meskipun badai besar menghantam rumah tangga kalian..


*disimpulkan dari banyak curhat*
*data penelitian dari sumber yang diambil dari web, tapi lupa save

No comments:

Curhat nya Pengamat Media Sosial

Saya mengamati banyak hal, selain tentang buku-buku nya Ika Natassa yang akan dijadikan film, nama teman-teman yang berubah menjadi nama...