Tuesday, October 18, 2011

Perselingkuhan, Gejala Abnormal yang Dinikmati: Sebuah Takdir atau Kecerobohan

Writed by Dillia Yunus

Dulu saat gw masih menjalani hubungan “rambo” dengan laki2 yang sekarang entah ada dimana gw pernah mendefinisikan selingkuh, kata gw saat itu, “selingkuh adalah ketika lo ketawa2 dengan cewek lain dan gw ga ada disitu”, terkesan terlalu possesive dan negative, tapi itu makna selingkuh buat gw.


ternyata KBBI mendefinisikan selingkuh jauh lebih negative dari gw (gw harap lo percaya, dengan tidak mngecek Kamus besar bahasa indonesia karena tulisan ini akan kehilangan maknanya jika lo berhenti disini karena ngeraguin gw), selingkuh berarti tidak terus terang, tidak jujur atau serong, suka menyembunyikan sesuatu, melakukan penggelapan uang, memudah-mudahkan perceraian. Itu makna selingkuh.

mungkin ini subyektifitas gw semata, tapi gw harap banyak yang akan setuju, suatu hubungan, relasi, berdasar atas kepercayaan, tapi apakah berhenti di kata “percaya” selanjutnya hubungan juga harus dijalani seperti berada di angkasa luar, iya persis seperti itu luas, tanpa batas dan terbuka.


apakah mencintai adalah sebuah rutinitas??
mungkin beberapa penakut akan berkata “hubungan hanya buat cinta kehilangan sisi menarik” mungkin beberapa yang lemah akan berkata “hubungan hanya buat ruang gerak menjadi terbatas” dan akhirnya para pembohong akan berkata “hubungan efeknya membuat saya trauma jika gagal”. kita buat sebuah metafora, kalo mencintai itu kaya makan, maka menjalin hubungan itu adalah defekasi..iya lo bisa makan terus2an, tapi tetep lo butuh buang air besar…
iya mencintai adalah rutinitas, tapi punya hubungan adalah kebutuhan..


bicara tentang hubungan, artinya bicara tentang kesetiaan, jika kesetiaan adalah goal nya, maka perselingkuhan adalah off-side :) bukan cuma bikin pluit wasit bunyi dan bendera di tangan hakim garis naik, tapi juga bisa menganulir goal.


beberapa hari di hidup gw yang udah seperempat abad ini, topik yang dulu dibahas cuma “rebutan gebetan” berubah jadi “selingkuh berbuah perceraian” topik yang buat gw berat, tapi mau ga mau sedikit demi sedikit wajib gw cerna.


apakah semakin dewasa manusia justru semakin susah untuk setia??kalimat itu sempat terlintas dikepala gw, keinget jaman dulu, ketika kita mengaitkan kelingking itu artinya teman selamanya, semudah itu anak kecil bicara hubungan dan kesetiaan, sekarang temen gw disana, pegang buku nikah warna ijo dan coklat, tapi menginjak-injak kesetiaan.


gw ga pengen justifikasi siapapun, kaya gw bilang diatas, afeksi-seksualitas adalah hasrat yang harus dipenuhi, tapi haruskah hasrat yang berdasar itu menghancurkan sebuah pernikahan, lebih parahnya lagi mematikan harapan mereka yang hadir dalam pernikahan, dan amat menyedihkan secara tidak langsung merusak tatanan sosial.

seorang temen gw yang selingkuh dengan tukang catat rekening listrik yang notabenenya lebih pantes jadi adiknya, keluarganya hancur, anaknya kabur, kariernya terlupakan, ok dia akhirnya hidup susah dengan si tukang catat meteran, dan berkata itulah takdirnya.


gw geleng2 kepala ketika dia nyebut kata2 “takdir” buat gw tu karena kecerobohannya ngebiarin perasaan cintanya yang salah arah, terlena berjam-jam, berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun.

hari lain temen gw cerita, dia punya banyak temen wanita, kepada semuanya dia menjanjikan cinta, dan parahnya dia secara reguler, melakukan hubungan seksual dengan mereka, sampe satu hari ada salah seorang perempuan tewas karena mencoba aborsi, dengan sedih dia berkata “aku mencintainya tapi takdir berkata lain”


haaaa???
berani-beraninya dia menyalahkan faktor lain!!menyalahkan takdir, menyalahkan cinta yang tak tepat waktu, menyalahkan keadaan yang tidak memungkinkan…
gw cuma bisa berdecak.

gw pernah baca ada 4 faktor utama mengapa orang berselingkuh, yaitu 
  1. predeposisi kepribadian, 
  2. desakaralisasi hubungan, 
  3. deidealisme hubungan, 
  4. dekadensi moral.


  • predeposisi kepribadian, kaya ditulis diatas, adalah hasrat dasar manusia untuk mendapat cinta dan seks, miskinnya afeksi dari pasangan memicu seserang untuk mencari sumber afeksi lain, lalu apakah perselingkuhan dibenarkan??ayolah, hubungan adalah angkasa luar itu janji kita di awal tulisan ini, kalo lo ngerasa afeksi yang lo butuhin kurang, ya lo harus bisa mulai aksi untuk mancing afeksi itu, kalo pake cara itu juga ga bisa, mungkin iklan teh sariwangi bisa ngebantu “mari ngeteh mari bicara”.masalah penting adalah seks, ayolah, punya pasangan artinya punya partner, dan kalo mau ngasilin karya team work ga bisa diabaikan, ga ada salahnya lo bicara hal2 yang menjadi imajinasi seks lo..ayolah hentikan modus, punya simpanan atau pelampiasan hasrat seksual kalo lo bukan orang abnormal.


  • desakaralisasi hubungan, hubungan seyogyanya adalah tempat penyelamatan psikologi, komitmen adalah hal yang paling suci. ketika semuanya lo anggap cuma “sekedar itu aja” ya di detik itu, lo akan merasa bukan disitu lagi tempat lo, dan naluri petualang lo bakal bangkit.

  • deidealisme hubungan, faktor ini dianggap paling sering dan lazim dijadikan pembenaran untuk sebuah perselingkuhan, ketika harapan2, mimpi2 lo sebelom memulai hubungan ternyata ga bisa terealisasi,cita-cita luhur lo terabaikan, dan lalu lo selingkuh??itu artinya sama aja, ngebersihin kotoran kotoran kerbau, dengan air comberan, ngilangin yang jorok, tapi lo yang tau kalo lo menjijikkan.kenapa ga belajar merevisi mimpi??kenapa ga belajar bersyukur??ingat lo ga perlu terlena kan??


  • dekandensi moral, ini kenapa perselingkuhan masuk dalam 7 dosa besar (pernah nonton “seven” kan) keadaan dimasyarakat yang seolah2 membenarkan perselingkuhan, belom lagi makna komunikasi yang salah arah, dimana seharusnya bersifat platonik menjelma jadi transaksi cinta dan sperma.


intinya semua orang, gw, lo, bisa salah memilih partner untuk hubungan kita, tapi adalah penting ketika kita harus menyelesaikan satu persatu kontrak kita, sebelum memulai kontrak selanjutnya, untuk perkara yang sama, itu etikanya. atau lo memmang bukan orang yang beretika.


 Diambil dari sini

No comments:

Curhat nya Pengamat Media Sosial

Saya mengamati banyak hal, selain tentang buku-buku nya Ika Natassa yang akan dijadikan film, nama teman-teman yang berubah menjadi nama...