Saturday, September 11, 2010

** Garam & Telaga **


Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak.
Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda
yang sedang dirundung banyak masalah. 
Langkahnya gontai dan
air muka yang ruwet.


Tamu itu, memang tampak seperti orang
yang tak bahagia. 

Tanpa  membuang waktu, orang itu
menceritakan semua masalahnya.

Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan
seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta
tamunya untuk mengambil segelas air. 
Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, 
lalu diaduknya perlahan. 

“Coba, minum ini, dan
katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang
tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, 
untuk berjalan ke tepi telaga di dalam

hutan dekat tempat tinggalnya.
Kedua orang itu berjalan
berdampingan, dan akhirnya
sampailah mereka ke tepi telaga
yang tenang itu.

Pak Tua itu, lalu kembali
menaburkan segenggam garam,
ke dalam telaga itu. 
Dengan
sepotong kayu, dibuatnya
gelombang mengaduk-aduk dan
tercipta riak air, mengusik
ketenangan telaga itu.

“Coba, ambil air dari telaga ini, dan
minumlah. 

Saat tamu itu selesai
mereguk air itu, Pak Tua berkata
lagi, 

“Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”,… sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam
di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, …jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu
menepuk-nepuk punggung si
anak muda. 
Ia lalu mengajaknya
duduk berhadapan, bersimpuh di
samping telaga itu. 

“Anak muda,
dengarlah. Pahitnya kehidupan,
adalah layaknya segenggam
garam, tak lebih dan tak kurang.
Jumlah dan rasa pahit itu adalah
sama, dan memang akan tetap
sama.

“Tapi, kepahitan yang kita
rasakan, akan sangat tergantung
dari wadah yang kita miliki.
Kepahitan itu, akan didasarkan
dari perasaan tempat kita
meletakkan segalanya. 

Itu semua
akan tergantung pada hati kita.
Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup,
hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.
Lapangkanlah dadamu menerima semuanya.
Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. ”

Pak Tua itu lalu kembali
memberikan nasehat. 
“Hatimu, adalah wadah itu. 
Perasaanmu adalah tempat itu. 
Kalbumu, adalah tempat kamu menampung
segalanya. 

Jadi, jangan jadikan
hatimu itu seperti gelas, buatlah
laksana telaga yang mampu
meredam setiap kepahitan itu dan
merubahnya menjadi kesegaran
dan kebahagiaan. ”

No comments:

Curhat nya Pengamat Media Sosial

Saya mengamati banyak hal, selain tentang buku-buku nya Ika Natassa yang akan dijadikan film, nama teman-teman yang berubah menjadi nama...