Sunday, December 30, 2018

Kalau Bukan Kita, Siapa Lagi??








Akhir-akhir ini saya sering melihat komentar-komentar tajam, menghina, mencaci dan mengutuk seseorang di berbagai sosial media yang belum bisa dipastikan kebenaran isi dari tulisan tersebut. Dan yang sangat disayangkan, banyak diantaranya umat muslim menyebut muslimin dan muslimah lain nya dengan sebutan kafir, hanya karena perbedaan pendapat pada sebuah tulisan yang sedang marak diperbincangkan. Dan saya sangat yakin, banyak diantara mereka tak saling mengenal satu dengan lain nya.


Keimanan seseorang itu bukan kita yang menilainya, apalagi hanya dengan menilai dari tulisan-tulisan yang dibagikan nya di sosial media nya, bagaimana bisa dengan mudahnya seseorang yang hanya mengenal seseorang lain nya di dunia maya dengan semudah itu menyatakan bahwa fulan atau fulanah tersebut adalah seorang kafir. Tapi yang tak habis pikir nya lagi, saya pernah melihat seseorang yang disebutnya kafir itu adalah sahabatnya sendiri, seseorang yang sering menghabiskan waktu bersamanya selama ini.




Bagi sebagian orang, pada saat ini sepertinya tabayyun itu tidak perlu, ketika fulan atau fulanah salah maka akan menimbulkan subjektivitas yang berlebihan, hanya karena ketidaksenangannya pada seseorang tersebut.


Saudara-saudara kita, sahabat-sahabat kita dan teman-teman baik kita yang berpendidikan tinggi (mereka yang mampu melanjutkan pendidikan setelah Sekolah Menangah Atas) entah kenapa malah terlihat lebih tak berpendidikan, maaf, tapi memang begitulah kenyataanya yang saya lihat pada saat ini, mereka tak ma(mp)u menerima alasan apapun jika ada seseorang yang tidak sepaham dengan mereka, hal ini mengakibatkan seseorang tersebut menjadi terlalu berlebihan dan terlalu kaku dalam berpikir. Kalau pun akhirnya berselisih paham, mereka lebih memilih untuk memutuskan pertemanan mereka di sosial media, dan tak jarang di dunia nyata juga mereka lebih memilih untuk menghindari segala bentuk kegiatan yang mengharuskan mereka untuk bertemu.


Seharusnya kita bisa belajar dari Imam-imam besar Islam dalam mengemukakan berbagai pendapatnya. Ulama-ulama Islam, terutama yang diakui secara luas keilmuannya, mampu menunjukkan kedewasaan sikap, toleransi, dan objektivitas yang tinggi. Mereka tetap mendudukkan pendapat mereka di bawah Al Quran dan Hadits, tidak memaksakan pendapat, dan selalu siap menerima kebenaran dari siapa pun datangnya dan tetap bersilaturahim satu dengan yang lain.


Melihat lagi keadaan pada saat ini, banyaknya individu yang terlalu berlebihan dalam memuja golongannya membuat kita melihat banyak konflik karena tak bisa menerima perbedaan pendapat orang lain dan terus menerus mencari kesalahan pihak lain tanpa memberi kesempatan untuk mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dari pihak lain tersebut. Karena kebenaran mutlak hanya milik Allah, maka marilah sama-sama kita belajar lagi untuk lebih menghargai pendapat orang lain, hal ini akan menjauhkan kita dari tergesa-gesa mengambil kesimpulan, amarah dan konflik dari hal-hal yang belum bisa dipastikan kebenaranya.


Bukankah Baginda Rasulullah mengajarkan kita untuk menahan amarah, tidak tergesa-gesa dan ber-tabayyun dalam hal apapun?


Islam itu indah, segala sesuatu sudah ada pedomannya, jangan memutuskan tali silaturahim, jangan menyakiti sesama, jangan marah, jangan mencaci maki, berdiskusilah jangan berdebat, jangan melakukan kekerasan, jangan sakiti wanita, jangan berjudi, jangan meminum minuman keras, jangan mendzalimi diri sendiri dan banyak hal lainya. Tapi yang terlihat pada saat ini umat Islam malah banyak yang bertengkar satu dengan lain menyakiti hati saudaranya sendiri, banyak yang melakukan kekerasan dan banyak pula yang tak ma(mp)u menerima perbedaan pendapat dengan perdebatan yang berakhir dengan memutuskan tali silaturahim.



Tunjukkanlah kalau islam itu agama yang santun, kalau orang-orang Islam nya saja tak mampu mengamalkanya dalam kehidupan sehari-hari lantas siapa lagi??


Saya menulis ini karena saya pernah membaca percakapan saudara sebangsa yang non-muslim, bahwa umat Islam sekarang terlalu mudah untuk dihancurkan. Kemarahan mereka itu adalah kelemahan mereka, mana yang katanya umat muslim itu tak mudah marah, mana pula yang katanya umat muslim itu orang yang santun dalam berbicara dan mana pula yang menunjukkan umat muslim itu adalah umat yang sangat menghargai sesama.


Tulisan ini pernah saya post juga di sini

No comments:

Curhat nya Pengamat Media Sosial

Saya mengamati banyak hal, selain tentang buku-buku nya Ika Natassa yang akan dijadikan film, nama teman-teman yang berubah menjadi nama...